Siapa Berani

siapa yang berani bicara cinta malam ini

perang dua pedang di pintu gerbang

siapa yang berani bicara rindu malam ini

butir-butir tasbih terlempar putus

seongok daging membuncrat darah

 

siapa, siapa yang berani bicara cinta

kilatan petir

angin laut

di depanku

siapa berani bicara rindu

telapak kaki ini undur diri

sila birbincang pada diri

aku di sini, hanya…

Anak Petani

Rasanya saya ingin terus menulis hari ini. 😀

Ini idenya datang tadi sore ketika panen kacang panjang dan gambas di kebun kecil kami. 🙂

Saat-saat yang menyenangkan bisa berkumpul, walau pada sepetak kebun. ^0^ Baca lebih lanjut

Bicara Rindu

 

 

 

 

 

 

Abang, bagaimana kita membicarakan rindu malam ini

Tidak adakah rindu itu lagi untukku

Setelah sekian lama kuberi luang

Setelah sekian cemburu dipangkas tuntas

 

Abang, kenapa engkau diam dibalik terkaman wanita itu

Kenapa tak lagi kau perjuangkan rasa malu

Menciutkah harta kita

Lihat ke sini, kemarilah sekali

Celenganku telah penuh

Ambil saja

Kembalilah

Demi sebuah kecup

Atau sekadar berkata rindu, titip salam buat Emak

Sebelum Kering

Kau lihat embun di pagi hari?
Begitulah kiranya realita dari cinta, akan tergantikan
Sebelum semuanya kering, pelipis mata mengunci kepedihan
Ada baiknya kuterima saja kebersamaanmu di sini
Walau sejenak sebelum kering
Dan dikemudian pagi, disambut dedaunan baru
Atau kita dipertemukan pada satu. Aku daun, dan kau adalah embun. Aku akan bersikap ramah pada realita cinta
Kau begitu juga, bukan?